.
Mencoba tampil berbeda dengan ajang pencarian bakat lainnya, Indonesia Got Talents membuka kesempatan selebar-lebarnya tanpa memperhatikan batas usia ataupun jenis bakat yang ditampilkan. Hasilnya, kita bisa melihat beberapa bakat yang ‘langka’ seperti D' Geprax dan Radit.
Mengapa langka? Karena untuk bisa melakukan bakat tersebut, sang kontestan harus belajar secara otodidak alias belajar sendiri tanpa pendidikan resmi. D' Geprax, misalnya. Setiap melakukan aksinya, Bima, Bajaj, Ichie, Chokiy, Augie, dan Mizwar ini kontan memboyong semua ‘peralatan musiknya’ yang terdiri dari rantang, hydrant, panci, sampai ember plastik. Maklum saja, kelima mahasiswa Sahid ini memang menggeprak (memukul) benda-benda tersebut untuk menghasilkan irama musik yang mereka namakan Recycle Percussion. Mengapa menggunakan benda-benda seperti ini?
“Karena awalnya kami nggak mampu beli alat, sehingga menggunakan benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi alias recycle," ujar mereka.
Jujur, ini adalah penampilan yang paling fresh, karena siapa yang bisa mengira benda-benda tersebut menghasilkan atraksi yang cukup menarik?
Berbeda dengan D' Geprax, Radit, kontestan dari Jogjakarta menampilkan seni ventriloquist yang pernah dipopulerkan oleh Gatot Sunyoto dengan boneka Tongki-nya. Kemampuan dosen dari Universitas Ahmad Dahlan ini bisa dikatakan luar biasa karena tidak tampak bibirnya bergerak ketika berbicara dengan boneka yang dibawanya.
“Saya terinspirasi oleh Gatot Sunyoto dan Ria Enes. Namun setelah melihat video Terry Fator (Juara America’s Got Talents -red) baru saya memutuskan mengikuti Indonesia Got Talents,“ ujar Radit. Sayangnya, hanya Radit yang terpilih masuk ke babak selanjutnya sedangkan D' Geprax harus pulang.
Sampai minggu kedua ajang Indonesia Got Talents, polling SMS masih didominasi oleh bakat-bakat yang tak jauh dari menyanyi dan memainkan alat musik. Lalu dimanakah tempat bagi bakat-bakat D' Geprax dan Radit, bila mereka tidak terpilih? Memang paling mudah memilih bakat menyanyi dan menari, karena industri musik tanah air siap menampung mereka. Namun keberadaan bakat–bakat ‘langka’ ini sudah seharusnya menjadi perhatian agar tidak hilang begitu saja.